Cari Blog Ini

Lencana Facebook

Minggu, Maret 18, 2012

SEJARAH SAHABAT


Nama                     : Ali bin Abi Thalib as

Gelar                     : Amirul Mukminin

Julukan                  : Abu AL-Hasan, Abu Turab

Ayah                     : Abu Thalib (Paman Rasululullah SAW)

Ibu                         : Fatirnah binti Asad

Tempat/Tgl Lahir : Mekkah, Jum'at 13 Rajab

Hari/Tgl Wafat      : Malam Jum' at, 21 Ramadhan 40 H.

Umur                     : 63 Tahun

Sebab Kematian    : Ditikam oleh Abdurrahman ibnu Muljam
Makam                  : Najaf Al-Syarif
Jumlah Anak         : 36 Orang, 18 laki-laki dan 18 perempuan
Anak laki-laki        : 1. Hasan Mujtaba,  2. Husein, 3. Muhammad Hanafiah, 4. Abbas al-Akbar, yang dijuluki Abu Fadl, 5. Abdullah al-Akbar, 6. Ja’far al-Akbar, 7. Utsman al- Akbar, 8. Muhammad al-Ashghar, 9. Abdullah al-Ashghar, 10. Abdullah, yang dijuluki Abu Ali, 11. ‘Aun, 12. Yahya, 13. Muhammad al Ausath, 14. Utsman al Ashghar 15.Abbas al-Ashghar, 16. Ja’far al-Ashghar, 17. Umar al-Ashghar, 18. Umar al-Akbar

Anak Perempuan : 1. Zainab al-Kubra, 2. Zainab al-Sughra, 3.Ummu al-Hasan, 4. Ramlah al-Kubra, 4. Ramlah al-Sughra, 5. Ummu al-Hasan, 6. Nafisah, 7. Ruqoiyah al-Sughra, 8. Ruqoiyah al-Kubra, 9. Maimunah, 10. Zainab al-Sughra, 11. Ummu Hani, 12. Fathimah al-Sughra, 13.Umamah, 14.Khodijah al-Sughra, 15 Ummu Kaltsum, 16. Ummu Salamah, 17. Hamamah, 18. Ummu Kiram

Riwayat Hidup

Imam Ali bin Abi Thalib a.s. adalah sepupu Rasulullah SAW. Dikisahkan bahwa pada saat ibunya. Fatimah binti Asad, dalam keadaan hamil, beliau masih ikut bertawaf disekitar Ka'bah. Karena keletihan yang dialaminya lalu si ibu tadi duduk di depan pintu Ka'bah seraya memohon kepada Tuhannya agar memberinya kekuatan. Tiba-tiba tembok Ka'bah tersebut bergetar dan terbukalah dindingnya. Seketika itu pula Fatimah bind Asad masuk ke dalamnya dan terlahirlah di sana seorang bayi mungil yang kelak kemudian menjadi manusia besar, Imam Alibin Abi Thalib.a.s.

Pembicaraan tentang Imam Ali bin Abi Thalib tidak dapat dipisahkan dengan Rasulullah SAW. Sebab sejak kecil beliau telah berada dalam didikan Rasulullah SAW, sebagaimana dikatakannya sendiri: "Nabi membesarkan aku dengan suapannya sendiri. Aku menyertai beliau kemanapun beliau pergi, seperti anak unta yang mengikuti induknya. Tiap hari aku dapatkan suatu hal baru dari karakternya yang mulia dan aku menerima serta mengikutinya sebagai suatu perintah".

    Setelah Rasulullah SAW mengumumkan tentang kenabiannya, beliau menerima dan mengimaninya dan termasuk orang yang masuk Islam pertama kali dari kaum laki-laki. Apapun yang dikerjakan dan diajarkan Rasulullah kepadanya, selalu diamalkan dan ditirunya. Sehingga beliau tidak pernah terkotori oleh kesyirikan atau tercemari oleh karakter hina dan jahat dan tidak tenodai oleh kemaksiatan. Kepribadian beliau telah menyatu dengan Rasululullah SAW, baik dalam karakternya, pengetahuannya, pengorbanan diri, kesabaran, keberanian, kebaikan, kemurahan hati, kefasihan dalam berbicara dan berpidato.

    Sejak masa kecilnya beliau telah menolong Rasulullah SAW dan terpaksa harus menggunakan kepalan tangannya dalam mengusir anak-anak kecil serta para gelandangan yang diperintah kaum kafir Qurays untuk mengganggu dan melempari batu kepada diri Rasulullah SAW.

    Keberaniannya tidak tertandingi, sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah SAW: "Tiada pemuda sehebat Alî". Dalam bidang keilmuan, Rasul menamakannya sebagai pintu ilmu. Bila ingin berbicara tentang kesalehan dan kesetiaannya, maka simaklah sabda Rasulullah SAW: "Jika kalian ingin tahu ilmunya Adam, kesalehan Nuh, kesetiaan lbrahim, keterpesonaan Mûsa, pelayanan dan kepantangan Isa, maka lihatlah kecemerlangan wajah Alî". Beliau merupakan orang yang paling dekat hubungan kefamiliannya dengan Nabi SAW sebab, beliau bukan hanya sepupu nabi, tapi sekaligus sebagai anak asuhnya dan suami dari putrinya serta sebagai penerus kepemimpinan sepeninggalnya SAW.

    Sejarah juga telah menjadi saksi nyata atas keberaniannya. Di setiap peperangan, beliau selalu saja menjadi orang yang terkemuka. Di perang Badar, hampir separuh dan jumlah musuh yang mati, tewas di ujung pedang Imam Ali a.s. Di perang Uhud, yang mana musuh Islam lagi-lagi dipimpin oleh Abu Sofyan dan keluarga Umayyah yang sangat memusuhi Nabi SAW, Imam Ali a.s kembali memerankan peran yang sangat penting yaitu ketika sebagian sahabat tidak lagi mendengarkan wasiat Rasulullah agar tidak turun dari atas gunung, namun mereka tetap turun sehingga orang kafir Qurays mengambil posisi mereka, lmam Alibin Abi Thalib a.s. segera datang untuk menyelamatkan diri nabi dan sekaligus menghalau serangan itu.

    Perang Khandak juga menjadi saksi nyata keberanian Imam Ali bin Abi Thalib a.s. ketika memerangi Amar bin Abdi Wud. Dengan satu tebasan pedangnya yang bernama dzulfikar, Amar bin Abdi Wud terbelah menjadi dua bagian. Demikian pula halnya dengan perang Khaibar, di saat para sahabat tidak mampu membuka benteng Khaibar, Nabi SAW ber-sabda: "Besok, akan aku serahkan bendera kepada seseorang yang tidak akan melarikan diri, dia akan menyerang berulang-ulang dan Allah akan mengaruniakan kemenangan baginya. Allah dan Rasul-Nya mencintainya dan dia mencintai Allah dan Rasul-Nya". Maka, seluruh sahabat pun berangan-angan untuk mendapatkan kemuliaan tersebut. Namun, temyata Imam Ali bin Abi Thalib a.s. yang mendapat kehormatan itu serta mampu menghancurkan benteng Khaibar dan berhasil membunuh seorang prajurit musuh yang berani bernama Marhab lalu menebasnya hingga terbelah menjadi dua bagian.

    Begitulah kegagahan yang ditampakkan oleh Imam Ali dalam menghadapi musuh Islam serta dalam membela Allah dan Rasul-Nya. Tidak syak lagi bahwa seluruh kebidupan Imam Ali bin Abi Thalib a.s. dipersembahkan untuk Rasul demi keberhasilan proyek Allah. Kecintaan yang mendalam kepada Rasulullah benar-benar terbukti lewat perjuangannya. Penderitaan dan kesedihan dalam medan perjuangan mewarnai kehidupannya. Namun, penderitaan dan kesedihan yang paling dirasakan adalah saat ditinggalkan Rasulullah SAW. Tidak cukup itu, 75 hari kemudian istrinya, Fatimah Zahra, juga meninggal dunia.

    Kepergian Rasululullah SAW telah membawa angin lain dalam kehidupan Imam Ali a.s. Terjadinya perternuan Saqifah yang menghasilkan pemilihan khalifah pertama, baru didengarnya setelah pulang dari kuburan Rasulullah SAW. Sebab, pemilihan khalifah itu menurut sejarah memang terjadi saat Rasulullah belum di makamkan. Pada tahun ke-13 H, khalifah pertama, Abu Bakar as-Shiddiq, meninggal dunia dan menunjuk khalifah ke-2, Umar bin Khaththab sebagai penggantinya. Sepuluh tahun lamanya khalifah ke-2 meimpin dan pada tahun ke-23 H, beliau juga wafat. Namun, sebelum wafatnya, khalifah pertama telah menunjuk 6 orang calon pengganti dan         Imam Ali a.s. termasuk salah seorang dari mereka. Kemudian terpilihlah khalifah Utsman bin Affan. Sedang Imam Ali bin Abi Thahb a.s. tidak terpilih karena menolak syarat yang diajukan Abdurrahman bin Auf yaitu agar mengikuti apa yang diperbuat khalifah pertama dan kedua dan mengatakan akan mengikuti apa yang sesuai dengan perintah Allah dan Rasul-Nya.

    Pada tahun 35 H, khalifah Utsman terbunuh dan kaum muslimin secara aklamasi memilih serta menunjuk Imam Ali sebagai khalifah dan pengganti Rasululullah SAW dan sejak itu beliau memimpin negara Islam tersebut. Selama masa kekhalifahannya yang hampir 4 tahun 9 bulan, Ali mengikuti cara Nabi dan mulai menyusun sistim yang Islami dengan membentuk gerakan spiritual dan pembaharuan.

    Dalam merealisasikan usahanya, beliau mengbadapi banyak tantangan dan peperangan, sebab, tidak dapat dipungkiri bahwa gerakan pembaharuan yang dicanangkannya dapat merongrong dan menghancurkan keuntungan-keuntungan pribadi dan beberapa kelompok yang merasa dirugikan. Akhirnya, terjadilah perang Jamal dekat Bashrah antara beliau dengan Talhah dan Zubair yang didukung oleh Mua'wiyah, yang mana di dalamnya Aisyah "Ummul Mukminin" ikut keluar untuk memerangi Imam Ali bin Abi Thalib a.s. Peperangan pun tak dapat dihindari, dan akhirnya pasukan Imam Ali a.s berhasil memenangkan peperangan itu sementara Aisyah "Ummul Mu'rninin" dipulangkan secara terhormat kerumahnya.

    Kemudian terjadi "perang Siffin" yaitu peperangan antara beliau a.s. melawan kelompok Mu'awiyah, sebagai kelompok oposisi untuk kepentingan pribadi yang merongrong negara yang syah. Peperangan itu terjadi di perbatasan Iraq dan Syiria dan berlangsung selama setengah tahun. Beliau juga memerangi Khawarij (orang yang keluar dan lingkup Islam) di Nahrawan, yang dikenal dengan nama "perang Nahrawan". Oleh karena itu, hampir sebagian besar hari-hari pemerintahan Imam Ali bin Abi Thalib a.s digunakan untuk peperangan interen melawan pihak- pihak oposisi yang sangat merongrong dan merugikan keabsahan negara Islam.

    Akhirnya, menjelang subuh, 19 Ramadhan 40 H, ketika sedang salat di masjid Kufah, kepala beliau ditebas dengan pedang beracun oleh Abdurrahman bin Muljam. Menjelang wafatnya, pria sejati ini masih sempat memberi makan kepada pembunuhnya. Singa Allah, yang dilahirkan di rumah Allah "Ka'bah" dan dibunuh di rumah Allah "Mesjid Kufah", yang mempunyai hati paling berani, yang selalu berada dalam didikan Rasulullah SAW sejak kecilnya serta selalu berjalan dalam ketaatan pada Allah hingga hari wafatnya, kini telah mengakhiri kehidupan dan pengabdiannya untuk Islam.

    Beliau memang telah tiada namun itu tidak berarti seruannya telah berakhir, Allah berfirman: "Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah (bahwa mereka itu) mati, bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup tetapi kamu tidak menyadarinya. " (Q.S. : 2 : 154)

DOA ORANG YANG TAKWA
ALI BIN ABI THOLIB

Pada suatu ketika Ali bin abi Tholib diserahi seorang pencuri untuk dihukum, kemudian beliau bertanya "apakah engkau telah mencuri ?" , kemudian dijawab "ya". Kemudian setelah diulang pertanyaan sampai tiga kali dan orang itu selalu mengiyakan maka Ali menyuruh agar orang itu dipotong tangannya.

Kemudian pulanglah pencuri itu dengan bunntung sebelah tangannya. dan di tengah perjalanan ia bertemu dengan Salman Al Farizi dan kemudian ditanya ,  " siapakah yang telah memotong tanganmu?"  dia menjawab  " yang telah memotong tanganku adalah sendinya agama, menantu nabi, anak paman nabi dan pemimpin orang mukmin, yaitu Ali bin Abi Tholib.

"Ia telah membuntungkan tanganmu tetapi kamu malah memujinya", kata salman heran. "Ya karena dengan tangan yang satu berarti ia telah menyelamatkanku dari siksa", katanya.

Kemudian salman memberitahukan hal tersebut kepada Ali bin Abi Tholib. Maka Ali pun lalu memanggil pencuri itu. dan setelah pencuri itu tiba diambillah potongan tangan pencuri itu untuk disambungkan lagi ketempat semula seraya ditutup dengan sapu tangan.

Kemudian Ali berdoa kepada Allah untuk kesembuhan tangan pencuri itu. Akhirnya dengan izin Allah tangan itu tersambung kembali seperti sedia kala





From YourSITE.com

iSmartStudy
Kisah Ali bertanding memanah
By Osman Affan
Jan 30, 2004, 08:58



Di sebuah kampung yang indah dan damai, jauh terpencil di kawasan pergunungan yang hijau, tinggal seorang kanak-kanak yang bernama Ali. Ali berumur 12 tahun dan tinggal di sebuah rumah kecil yang ditinggalkan oleh kedua ibu bapanya yang sudah meninggal dunia.

Ali sangat handal memanah. Tidak ada satu benda pun yang tidak boleh dipanah oleh Ali. Dia boleh memanah benda atau binatang yang besar atau kecil, yang tidak bergerak mahupun yang sedang bergerak. Nama Ali sudah terkenal di seluruh kampungnya sebagai tokoh memanah yang hebat.

Pada suatu hari, di kampung Ali, Datuk Penghulu menganjurkan satu pertandingan memanah sebagai satu acara tahunan kampung tersebut. Pemenangnya akan menerima hadiah sebidang tanah beserta rumah yang besar. Pemenangnya juga mungkin akan diberi peluang berkhidmat kepada Sultan negeri tersebut.

Ali sangat gembira apabila mendapat tahu mengenai pertandingan tersebut. “Sudah pasti aku yang akan menang. Mana ada orang boleh kalahkan aku dalam bidang panah memanah ni,” bentak hati Ali. Inilah peluang yang sangat Ali tunggu-tunggu untuk mengubah cara hidupnya.

Pada hari pertandingan tersebut, berpuluh-puluh peserta dewasa sudah bersedia untuk bertanding. Mereka tersenyum sinis apabila melihat Ali turut serta untuk bertanding bersama mereka. Tetapi mereka tahu bahawa Ali sangat handal dan tidak mudah untuk mengalahkan Ali.

Pertandingan memanah itu pun bermula. Terdapat sepuluh pusingan kesemuanya dan pertandingan menjadi semakin sukar apabila memasuki pusingan yang terakhir. Ali berjaya melepasi kesemua halangan dan berada bersama 5 peserta lain di pusingan terakhir.

Di pusingan terakhir, pusingan yang paling sukar, peserta dikehendaki memanah sebiji buah limau Kasturi hijau; saiznya cuma besar sedikit daripada saiz sebiji guli; diikatkan dengan benang dan digantungkan di atas sepohon pokok pisang; dijarakkan 50 depa dari tempat pemanah. Setiap peserta diberi tiga kali percubaan untuk memanah buah limau kasturi tersebut.

Ali tersenyum yakin. Dia menunggu giliran yang terakhir untuk memanah. 2 peserta pertama telah gagal. Ali semakin yakin. Dia berbaring sambil memejamkan mata dibawah sinaran matahari yang terik itu. Dia terlalu yakin dan leka hingga dia tertidur seketika.

Tiba-tiba, “Ali...! Ali...! Bangun... cepat... giliran kau sekarang....” kata Sharif, pembantu pentandingan memanah tersebut.

Ali terpinga-pinga. Dia masih lagi khayal dari lenanya. Mata Ali berpinar-pinar kerana dia tidur betul-betul dibawah sinaran terik matahari. Ali menggosokkan matanya beberapa kali sambil pantas bangun untuk memanah.

Mata Ali masih berpinar-pinar. Semakin digosok, semakin kabur dan gelap pandangannya. Ali hanya dapat melihat samar-samar buah limau Kasturi yang perlu dipanahnya. Masa semakin suntuk. Orang ramai sedang menunggu untuk melihat samada Ali dapat memanah buah limau kasturi tersebut atau pun tidak.

Ali tidak mahu menunggu lagi. Dia yakin dia boleh memanah buah limau itu dengan mudah. Dia pun menarik anak panahnya, lalu dipanahnya buah limau Kasturi itu.

“Boooooohhhhhhhhhhhh!!!!!!!” kedengaran jeritan kesakitan oleh seekor lembu yang berada di sekitar kawasan pertandingan itu. Anak panah Ali tersasar terlalu jauh dari buah limau itu dan mengenai seekor lembu malang yang sedang meragut rumput. Orang ramai ada yang menjerit sesama sendiri, terkejut dengan apa yang berlaku.

“Maaf.....!” jerit Ali kepada orang ramai. Mukanya merah padam menahan rasa malu. Tidak pernah anak panahnya tersasar begitu jauh. "Kenapa ni? Apa yang tak kena? Rasanya dah betul cara aku panah tadi...” bisik hati Ali. “Ah, kali kedua ni mesti kena!” bisik hatinya lagi.

Ali menarik anak panahnya lagi. Kali ini dia cuba tumpukan perhatian yang lebih kepada buah limau Kasturi itu. Tetapi matanya masih berpinar. Sesekali dia ternampak seolah-olah ada tiga biji buah limau Kasturi disitu. Ali tidak mahu berhenti memanah. Dia masih yakin dengan kebolehannya. Ali pun melepaskan anak panahnya buat kali kedua.

“Kiooooookkkkkkkkkkkkk!!!!!” kedengaran tempikan sekawan ayam disekitar kawasan pertandingan itu. Kelihatan 3 ekor ayam tergolek di atas tanah, tidak bernyawa lagi. Orang ramai semakin bising. "3 ekor sekaligus mati! dahsyat.." kata seorang pemuda di situ. “Tak pernah jadi dalam sejarah kampung kita ni....” jerit seorang lelaki tua di kalangan orang ramai itu.

“Maaf... maaf.......” jerit Ali sekali lagi. Terasa hendak dia lari ke rumahnya untuk menahan rasa malu. “Kenapa bodoh sangat ni??” jerit hati Ali yang masih tidak faham mengapa dia tidak dapat memanah limau Kasturi itu. Biasanya, ini bukanlah sesuatu yang sukar baginya. “Kali ni mesti kena. Kali ni mesti kena!” bentak hati Ali.

Ali bersedia untuk memanah buat kali yang terakhir. Matanya semakin merah akibat kerap kali dia menggosoknya. Pandangannya semakin gelap, tetapi dia masih mahu meneruskan memanah. Dia mahu menang walaupun dia tidak pasti kemana sepatutnya dia tujukan anak panahnya itu. Maka, terlepaslah anak panah yang ketiga.

“Aduhhhhhhhhhh!!!!!!” kedengaran satu tempikan yang sangat kuat. “Kau nak bunuh aku ke haa....??!!” tempik suara itu lagi.

Ali tergamam. Dia seolah tidak percaya apa yang telah berlaku. Anak panahnya telah tersasar dan mengenai kaki Datuk Penghulu kampung tersebut. Kaki Ali menggeletar. Dia tidak tahu apa yang patut dia lakukan.

“Ali.........!!!!!!!!!!!” teriak Datuk Penghulu....... “Mulai hari ini, kau keluar dari kampung ini!!”. Datuk Penghulu kemudian diusung kerumahnya untuk dirawat.

Ali sangat kecewa dengan apa yang berlaku. Perlahan-lahan dia berjalan pulang ke rumah untuk mengemaskan barang-barangnya. Semasa dia hendak meninggalkan kampung itu, dia masih terfikir, “Di manakah silapnya tadi...?”.

Ali melangkah longlai. Dia sedih tetapi masih cuba memikirkan kesilapannya. Akhirnya dia faham. Dia faham bahawa, walaupun dia berkeyakinan, berkebolehan dan berbakat, dia tidak akan dapat mencapai sesuatu sasaran jika dia tidak dapat melihat sasaran itu dengan jelas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar